Find Your Spark

Mau nulis ini agak maju mundur. Why? Karena belum terbiasa menulis soal kehidupan pribadi (yes this is personal to me). Emang soal apa sik? Soal, kenapa suami saya terasa berhenti romantis. Seperti tidak lagi semanis dia dulu sebelum punya anak bahkan sebelum menikah.


Dulu (tsahelah gayanya), suami saya suka kasih kejutan lucu. Karena saya 'gampangan' jadi dibawain makanan kesukaan saya aja saya udah seneng. Pernah sekali dia nyuruh saya kerumah mama dengan alasan dia mau beresin rumah (yes, dia sering bantuin saya beresin rumah, keren kan?). Begitu saya pulang, dia dengan nada ketus bilang ada yang lupa saya bawa tadi dan berakhir di lemari es. Saya bingung, datang-datang kok langsung dijuteki, tp begitu buka kulkas dia senyam senyum ga jelas dengan saya yang makin bingung lihat ada bungkusan hitam menggantung, iya menggantung di lemari pendingin lengkap dengan tali rafia dan lakban hitam dimana mana.


Saya bingung, nyentuh aja saya ragu takut meledak, hahahaha. Tapi dia dengan santai bilang buka, ternyata isinya coklat almond kesukaan saya. Atau kadang dia pulang bawa Chatime favorit saya si Caramel Milk Tea with bubble less ice no sugar. Atau kadang sekedar bawa cilok. (murah banget guwee)



Nah, sempet beberapa waktu dia ga pernah sweet kaya gitu lagi.Terus nemu blogpostnya Gesi yang isinya soal kenapa berhenti romantis, and it hit me hard like literally. Isi blognya kurang lebih soal kenapa suaminya berhenti romantis dan kemudian malah timbul pertanyaan kenapa Gesi berhenti romantis ke suaminya?


Ini seperti menyadarkan saya bahwa, saya pun juga udah lama rasanya tidak romantis romantis ala ala huek ke suami saya. Sekedar mijit atau bikinin snack kesukaan dia juga jarang. Hahahahahaha. Dan alasan saya berhenti karena capek ngurus anak, which is alasan yang terlalu dibuat buat karena si suami juga capek kerja. Bahkan kadang saya masih suka  cari alasan bahwa dia masih bisa ketemuan sama teman teman koleganya sedangkan saya dirumah ngobrolnya dari pagi sampai malam sama bocah yang baru bisa babababa, nyonyo, mamamamama, dadadada.


Seperti kembali diingatkan bahwa sebenernya pernikahan bukan soal komitmen dia atau saya. Tapi komitmen KAMI. Kami harus mampu dan mau menyingkirkan self-ego untuk berhasil membangun hubungan. Easy to say hard to do. Karena saya masih suka egois, hahahaha.

Mungkin ada resep lain soal merawat romantis, seperti misal, nonton film (meski di rumah) bareng sambil ngunyah cemilan, berdua aja (so, setelah si bocah lelap tidur). Boleh jadi karena frekuensi memberi kejutan romantis tidak sesering dulu, daya kejutnya mungkin lebih besar.

Mumpung bulan puasa, sekadar mengingatkan puasa itu wajib. Tapi jangan puasa romantis buat kalian pasangan bahagia, apapun keadaannya...hehehe

so, find your sparks. Itu bisa dijadikan sebagai penambah rasa dalam sebuah hubungan.


PS: This blogpost have been fully agreed by both side. Bahkan dia ikutan sumbang sekalimat dua kalimat.

Komentar

Postingan Populer