Haruskah ke Fetomaternal setelah divonis Tokso saat hamil?

Pertanyaan yang kerap saya dapat perihal tokso ini adalah, "Apakah saya harus ke dokter Fetomaternal karena saya juga terinfeksi toksoplasma?"


Menurut saya, tidak harus. Alasannya sederhana, lihat reaksi dokter kandungan apakah mereka langsung merekomendasikan ke fetomaternal atau tidak. Rekomendasi ini akan didapatkan pasca obgyn mendapatkan hasil tes TORCH (baca juga Kehamilanku dan Toksoplasma) dari lab. Kebetulan hasil tes saya sendiri, cukup mengejutkan. Karena ternyata saya pernah kena CMV dan Rubella (baca di Tahunya Terinfeksi Toksoplasma Darimana?)


Gak cuma itu, angka yang tertera di kertas lab Hermina Galaxy itu juga cukup tinggi dibandingkan angka normal non reaktifnya 3.0 saya ada diangka 1,026.8. Saat saya konsultasikan kepada obgyn saya saat itu, dr Zakia SpOg, beliau langsung merujuk saya ke Fetomaternal.


Saya pun pindah dokter sampai saya lahiran. Jadi dari sekitar usia kehamilan 18 minggu sampai usia 38 minggu saya konsul kandungan ke dr Lilia Mufida di Hermina Bekasi. Beliau memang praktik juga di Hermina Galaxy, tapi kalau konsul ke beliau sebagai kapasitasnya Fetomaternal dia akan menyarankan untuk menemuinya di Hermina Bekasi karena alat USG yang dipakai Hermina Bekasi memang untuk 4D.


Beliau juga praktik tidak di poli kandungan tapi di poli eksekutif bersama dengan beberapa dokter sub spesialis lainnya di lantai 4 Hermina Bekasi. Yang saya suka dari dokter ini adalah beliau lugas dan ditel dalam menjelaskan kondisi serta kemungkinan kemungkinan yang terjadi kepada saya dengan tokso saya ini. Tapi ditel ini pula yang membuat saya juga mudah panik dan khawatir begitu keluar dari ruang pemeriksaan. hehehe. *curhat*


Yang saya paling ingat adalah, parasit tokso ini menyerang mata dan kepala janin. Jadi, kalau ternyata janinnya terinfeksi tokso, bisa jadi matanya terkena katarak atau kelainan mata lainnya sedangkan kepala bisa berakibat pada hidrosefalus. Jadi setiap pemeriksaan tiap bulan, pertanyaan utama saya adalah bagaimana kondisi mata dan ukuran kepalanya.

Apakah bota matanya jernih, apakah ukuran kepalanya wajar, apakah ukuran kepalanya sesuai dengan umur kandungan dan sesuai dengan ukuran tubuh janin.

Dokter pernah memberikan opsi bagi saya untuk menghilangkan kekhawatiran atau rasa penasaran saya yakni dengan memeriksakan air ketuban saya di lab Eijkman RSCM dengan metode Amnisintesis. Dengan metode ini beliau bilang bisa mengetahui bahkan hingga kelainan kromosom pada anak nantinya. Tapi saya takut membayangkan prosedur ada jarum yang masuk ke perut untuk mengambil air ketuban saya, takutnya pakai asumsi asumsi negatif lainnya (plis jangan ditiru). Akhirnya saya menjalani opsi lainnya yakni dengan memeriksakan kandungan secara rutin dengan kontrol bulanan.


Hanya saja, jika si ibu merasa bahwa dirinya perlu memeriksakan diri ke fetomaternal, silahkan ikuti insting tersebut. Karena pada dasarnya, menurut saya, naluri ibu itu sudah mulai terasah saat bayi masih menjadi janin dalam perut. Jika dirasa perlu silahkan.


Saya masih ingat dengan komentar salah satu dokter sub spesialis fetomaternal di RS Tambak, dr Reno yang menyebut bahwa tidak semua kasus toksoplasma berakhir buruk pada janin. Dia menganalogikannya dengan banyaknya kendaraan yang berada dijalan, namun kendaraan yang kena musibah kecelakaan tidak sebanyak kendaraan yang beredar dijalan.

Tidak semua kasus toksoplasma itu akan berpengaruh pada janin. Memang ada, tapi tidak semua yang terkena tokso kemudian akan bernasib sama semua

ya, kurang lebih seperti itu. Dengan bekal tersebut, saya menjalani perjalanan hamil saya dengan lebih ringan dan yakin kalau si bayi dalam perut akan baik, sehat dan bahagia.


Jadi, ikuti insting dan insting dan jangan lupa Bahagia.  hehehehe

Komentar

Postingan Populer