LDR itu Menyebalkan

Disclaimer: Postingan ini isinya murni curahan hati penulis yang lagi LDM padahal ga shyanggup. Read at your own risk.



Long Distance Relationship or may i say, Long Distance Marriage itu sangat sangat sangat sangat menyebalkan.


Jadi gini, saya nikah tahun 2015 akhir dan dikaruniai anak pada tahun 2016 pertengahan. Hari hari yang sangat menyenangkan hingga satu hari di tahun 2017, suami harus rotasi ke Bandung. YES CUMA BANDUNG, tapi macetnya itu bikin perjalanannya setara kaya Bekasi-Cirebon.

Sesungguhnya saya termasuk tipe bahasa cinta affection dan *lupa satu lagi namanya, pokoknya pasangannya bantuin gitu deh*. Jadi kebayang kan, saya harus dipisah ranjang *lebay tapi itulah kenyataan* sama suami.

Saya, yang bahkan suami dibawah hidung pun kalau gak ngasih kabar bisa mewek, harus dipisah jarak kurleb 200km. Makin senewen karena si suami tipe bebal yang bahkan ketika saya udah berbusa minta dia kasi kabar masih aja suka lupa ngabarin.

Bukan perkara soal cemburu *itu juga sik* tapi khawatir. Lah, kalau dia gak ada kabar seharian, saya ga tahu harus cari kemana karena dia ngabarin juga gak dia hari ini kemana, liputan apa naik apa atau sama siapa.

Dan itu kejadian dong. Bapak yang Terhormat Pak Kahfi ga ada kabar sama sekali dan saya gak punya nomor orang sana, baik bosnya bahkan rekan kerjanya. Saya sampai gangguin beberapa teman untuk minta kontak bos atau orang kantor yang bisa saya hubungi.

Sampai sekarang pun saya ga habis pikir, kenapa ada LDM? 😭😭. Kenapa harus ada itu? Aku tak shyanggup. Udah nikah biar bs bareng terus eh dipisah jarak. Saya kerap ngomel dan marah ketika dia suka PHP bilang mau pulang ternyata ga jadi. Saya pun sampai udah males ngomel kalau kena PHP kaya gitu. Disenyumin aja sambil geretak gigi dan muka jutek. Mohon maaf, salah ada di Anda pokoknya.

Udah mau 1.5 tahun pun saya masih sering marah. Saya masih berbusa busa minta dia kasih kabar jadi saya ga berasa dikasi waktu nyisa aja. Kaya "oh ada sisa waktu nih, telpon bini ahhh."

"Wah sistnya ga bersyukur ya?"
AHAHAHAHAHAHAHAHAHHA. Kalau saya bersyukur jauh jauhan dari suami bukannya malah bahaya yahh?

Saya merasa sedikit kasihan sama beliau ini. Semacam, dia banyak dan pasti ketinggalan milestone penting anaknya. Even sekedar bilang Ga, naik tangga sendiri, makan sendiri. Dan yang utama adalah kehilangan waktu kualitas berdua sama anaknya.


Oh, bagian ini saya mau ngomel lagi. Ceritanya saya mau kasih kesempatan dia untuk menebus waktu waktu ga bisa ketemu anak. Tapi kenapa malah dilihat sebagai ajang ibu-mau-kabur ya? Saya mau kabur kemana sik? Wong ke toilet aja ditangisin diteriakin. Huft.


Sekian curhatnya. terimakasih.

Komentar

Postingan Populer