[Bed Time Talk] Perempuan

Sesungguhnya, saya bingung mau ngasih judul apa untuk tulisan ini. Tapi, secara garis besar memang ngomongin perempuan, woman, pere, lady, and so on.

Awalnya, ini perbincangan saya dan suami sebelum tidur *oh such a high quality time spended*. Kahfi pernah bertanya, apakah saya masih berkeinginan untuk kembali bekerja?
 
Dia memang tidak melarang saya bekerja, keputusan resign saya pun tetap ada ditangan saya meski dia yang menganjurkan mengingat kondisi hamil saya.

Jawaban atas pertanyaan Kahfi pun membuat saya berpikir, kuatkah saya meninggalkan bocah yang sudah menguasai dunia saya ini. Oh i'm not that strong. Ga ketemu dia 3 hari karena saya dikarantina kena cacar air, bikin saya gila. Nangis gerung gerung jejeritan ga jelas.

She is my daily doze of happiness (and tiredness and crazyness and the long list continue, mehehehe).
Tapi kemudian saya berangan angan, mungkinkah perempuan terutama pekerja mendapat kemudahan. Misal, tempat kerjanya menyediakan daycare yang mumpuni lemgkap dengan jasa psikolog, dentist dan dokter umum. Dengan begitu, si ibu ga khawatir harus ninggalin anak karena bedanya cuma beberapa lantai dari tempat dia kerja. Makan siang bisa sambil intip si anak sedang apa *lumayan kan bisa LDR berapa kali tuh*.


Tapi rasanya angan itu masih jauh. Jauh banget. Karena sekedar nursery room aja sulit. Ga semua kantor menyediakan nursery room buat pekerja perempuannya mompa dengan nyaman dan tenang.
Jangankan kantor, bahkan runah sakit yang punya title RSIA pun nursery roomnya super minimalis dan ga layak apalagi kalau pas kontrol hari Sabtu dimana itu poli anak berubah dari rumah sakit jadi kayak museum yang lagi didatangi 10 sekolah taman kanak kanak dalam satu waktu, ruameeeenya ga ketulungan. Ga cuma itu, sebesar itu rumah sakitnya, nursery roomnya juga cuma satu.


Oh irony. How can i hope something like that while the reality is far far far from that. Yah namanya juga ngarep.


Tapi jawaban atas pertanyaan Kahfi itu juga masih mengawang. Apakah saya masih mau bekerja. Saya yang terbiasa bertemu banyak orang sejak blm lulus ini hingga tahun 2016 lalu gantung pena #tsahelah dan mengurus Malikah dan tentu saja si penanam saham.


Well, rejeki itu sama kaya kematian. Dihindarin kaya apa kalau memang sudah waktunya ya dapat saja. Dan rejeki memang ga ada yang tahu, manusia cuma perlu usaha. Mungkin sekarang ini usaha saya adalah dengan meringankan beban pikiran suami yang khawatir jikalau anaknya dititip ke daycare atau titip andung.


Sekian curhatnya.
Salam rimba.

Komentar

Postingan Populer